Selasa, 13 Juni 2017

laporan praktikum titrasi argentometri



BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan teknologi diberbagai bidang terutama di bidang farmasi, maka sangatlah penting bagi seorang calon farmasis muda untuk mengetahui bagaimana suatu senyawa dengan senyawa lain dapat bereaksi serta bagaimana hasil dari reaksi tersebut.
Pada praktikum ini dilakukan salah satu percobaan yaitu titrasi argentometri dengan nama lain titrasi pengendapan. Tetapi reaksi pengendapan terbatas pada reaksi-reaksi antara ion Ag+ dengan ion-ion halian tiosianat dan sianida.
Argentometri merupakan salah satu metode dari titrasi penetapan. Titrasi dengan metode ini digunakan dalam penentuan ion halogenida. Metode pengendapan digunakan karena metode ini lebih mudah dilakukan dengan memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponenya dan saat ini pengendapannya merupakan teknik pemisahan yang luas penggunaannya.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit. Adapun macam-macam cara pengendapan dalam argentometri adalah cara Mohr, cara Volhard dan cara Vajans. Khusus dalam penetapan kadar senyawa yang sukar larut diterapkan metode tertentu sebab sifat dari senyawa yang sukar larut memiliki sifat tertentu yang tidak dimiliki oleh senyawa yang larut. Salah satu metode tersebut adalah argentometri. Metode ini hanya ditekankan bagi senyawa yang diketahui sukar larut. Dengan adanya percobaan ini diharapkan praktikan mampu menentukan kadar suatu senyawa obat.



I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan memahami cara penentuan kadar suatu zat dengan menggunakan metode titrasi argentometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Teori Umum
            Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan analit, tidak adanya interferensi yang mengganggu titrasi, dan titik akhir yang mudah diamati (Mulyono, 2005).
            Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi pengendapan antara ion halide ( Cl-, I-, Br- ) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halide (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat dan ion arsenat (Kisman, 1998).
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida (Cl-, Br-, I-), (Khopkar, 1990).
            Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak muda larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl+ dari analit membentuk garam yang tidak muda larut AgCl (Kisman,1998).
            Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan indikator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan indikator ini  ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Indikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indikator adsorbsi. Berdasar jenis indikator dan teknik pitrasi yng dipakai maka pitrasi argentometri dapat dibedakan atas argentometri dengan metode mohr, volhrad, atau fajans. Selain menggunakan jenis indikator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen (Kisman, 1998 ).
            Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit dan titran. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva titrasi ergentrometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga ekuinvalen mudah ditentukan akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuinvalen sehingga titik ekuinvalen agak sulit ditentukan. Hal analog dengn kurva titrasi antara asam kuat dengan basa kuat dan antara asam lemah dengan basa kuat (Harjadi, 1993).
1.    Metode Fajans
     Menurut cara ini, suatu ion halogenida dengan AgNO3 membentuk endapan      perak halogenida yang pada titik ekuinvalen dapat megabsorpsi berbagai zat warna sehingga menjadi perubahan warna.
2.    Cara Mohr
Cara ini biasanya dipakai terutama dalam penentuan klorida dan bromida. Bisa suatu larutan klorida dititrasi dengan larutan AgNO3 maka akan terjadi reaksi :
Ag+  + Cl-                  AgCl
     Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indikator larutan K2CrO4 yang dengan ion perak berlebih menghasilkan endapan yang berwarna kemerah-merahan. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana netral atau basa lemah.
3.    Cara Volhard
     Titrasi ini dilakukan secara langsung ,dimana ion halogen lebih dahulu dengan ion perak yang berlebih. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan KCNS dan NH4CNS.Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indikator ion Fe3+ yang dengan ion CNS berlebih menghasilkan larutan berwarna merah. Titrasi harus dilakukan dalam suasana asam yang berlebih.






Faktor faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah (Pantang, 2010) :
1.      pH
2.      Temperatur
3.      Jenis pelarut
4.      Bentuk dan ukuran partikel
5.      Konstanta dielektrik pelarut
6.      Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis, dll.

II.2 Uraian Bahan
1) Aquadest (Depkes RI, 1979;  hal.96)
Nama resmi                : AQUA DESTILLATA
Nama lain                   : Air suling
Berat molekul             :18.02
Rumus molekul        : H2O
Pemerian              : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak   berwarna.
Penyimpanan              : Dalam wadah tertutup
Kegunaan                    : Sebagai pelarut

2) Argenti nitrat (FI Edisi III hal.97)
Nama resmi                    : ARGENTI NITRAS
Nama lain                      : Argenti nitrat
Berat molekul                : 169,87
Rumus molekul           : AgNO3
Pemerian                       : Hablur transparan atau serbuk hablur berwarn putih, tidak berbau, menjadi gelap jika terkena cahaya.
          Kelarutan                       : Sangat mudah larut dalam air, larut dalametanol   95% P. 
         Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                     : Sebagai indikator

3) Kalium kromat (FI Edisi III hal.690)
Nama resmi                   : KALII IROMAT P
Nama lain                      : Kalium kromat
Berat molekul               : 194,19
Rumus molekul         : K2CrO4
Kegunaan                  : sebagai pereaksi


4) Efedrin HCL (FI Edisi III,hal 236)
Nama resmi              : EPHEDRINI HYDOROCHLORIDUM
Nama lain                 : Efedrin HCL
Berat molekul           : 201,70
Rumus molekul        : C10H15NO,HCl
Pemerian                  : Hablur putih, atau serbuk putih halus, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan                 : Larut dalam lebih kurang 4 bagian air, dalam lebih     kurang 14 etanol (95%) P, praktis tidak larut bagian dalam eter P.
Penyimpanan            : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan                 : Simpatimometikum










BAB III
PERCOBAAN

                                               
III.1 Alat dan Bahan
          III.1.1 Alat
·         Batang pengaduk
·         Buret
·         Corong kimia
·         Erlenmeyer
·         Gelas kimia
·         Gelas ukur
·         Neraca analitik
·         Pipet tetes
·         Sendok tanduk
·         Statif dan klem
          III.1.2 Bahan
·         AgNO3 0,1 N
·         Aquades
·         Efedrin-HCl
·         K2CrO4 0,1 M

III.2 Prosedur Kerja
1.      Ditimbang seksama Efedrin-HCl sebanyak 600 mg.
2.      Dilarutkan didalam erlenmeyer dengan 10 ml aquades
3.      Ditambahkan indikator K2CrO4 0,1 M sebanyak 3 tetes dan homogenkan.
4.      Dititrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1 N hingga terbentuk endapan kemerah-merahan
5.      Dicatat volume akhir titrasi, dilakukan pengulangan 2 kali.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

IV.1 Tabel Pengamatan
Reaksi yang terjadi AgNo3+K2CrO4 Ag2CrO4+2KNo3
Sampel
Indikator
Volume Titrasi Akhir
Ket
AgNO3
K2CrO4
13 ml
Warna berubah menjadi merah bata

IV.2 Perhitungan
  % kadar  =
                 =













BAB V
PEMBAHASAN

         Dasar teori argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dan analit, sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana Ag÷  dari titran akan bereaksi dengan Cl­- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut. Salah satu cara untuk menentukan kadar asam basa dalam suatu larutan adalah volumetrik (Day dan Underwood, 2001).

Penambahan indikator akan menjadikan warna larutan menjadi kuning.titrasi di lakukan hingga mencapai titik ekuivalen. titik ekuivalen di tandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen AgNo3 dan Efedrin HCl pada awalnya masing masing merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna. Tetapi pada saat Efedrin HCl di tambahkan indikator K2CrO4 warnanya berubah menjadi kuning mengikuti,warna K2CrO4 yang merupakan indikator
Reaksi yang terjadi
NaCl+K2CrO4          KCl+NzCrO4.
                                        
Pada percobban argentomerti dilakukan metode mohr dimana AgNO sebagai titrannya, Efedrin HCl dan K2CrO4 sebagai indikatornya. Cara ini biasanya di pakai terutama dalam penentuan klorida dan bromida, bila suatu larutan klorida di titrasi dengan larutan AgNO3. Maka akan terjadi reaksi
Ag+ + Cl- AgCl
Larutan AgNo3 dan Efedrin HCl pada awalnya masing masing merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna.tetapi pada saat Efedrin HCl di tambahkan indikator K2CrO4 warnanya berubah menjadi kuning, meNgikuti warna K2CrO4 yang merupakn indikator.(day 1998).

Larutan AgNo3 digunakan sebagai titran yang di masukkan dalam buret, sedangkat K2CrO4 sebagai indikator dalam gelas kimia, dan Efedrin HCl sebagai sampel. Larutan AgNo3 di gunakan dalam praktikum ini karena pada praktikum kami menggunakan cara Mohr dimana penitrannya adalah AgNo3.

Ketika Efedrin HCl sudah bereaksi dengan AgNo3 sementara jumlah AgNo3 Masih ada maka AgNo3 dengan indikator K2CrO4 membentuk endapan AgCrO4 yang berwarna merah bata.ketika endapan merah bata membentuk menunjukkan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai.(khopkar SM.2007).
Reaksi yang terjadi yaitu : AgNo3+K2CrO4 Ag2CrO4+2KNo3.
Hal tersebut sesuai dengan percobaan yang telah di lakukan karena setelah melakukan titrasi larutan menjadi merah bata dan terdapat endapan putih.di saat inilah AgNo3 tepat habis bereaksi dangan NaCl keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen.(polling Cc,1982).
2AgNO3 + K2CrO4 → Ag2CrO4 + K2NO
Penambahan AgNO3 yang berlebih menyebabkan ion Ag+ bereaksi dengan CrO42- dan indikator K2CrO4 yang di tandai dengan perubahan warna menjadi merah bata (Ibnu, M.sadiq.2004)













BAB VI
PENUTUP

     IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Volume titran yang digunakan adalah 11 ml.
2.      AgNO3 yang digunakan 0,1 N
3.      Indikator K2CrO4 digunakan karena larutan klorida atau Bromida dalam suasana netral atau basa apabila dititrasi dengan AgNO3 akan terbentuk warna merah bata.
4.      Reaksi ysng terjadi pada endapan merah bata yaitu
2Ag+  + CrO4 → Ag2CrO4

  IV.2 Saran


















DAFTAR PUSTAKA

Danney, B.,1979, Vogel Analisis Kuantitatif Anorganik, EGC:Jakarta.
Direktorat Jendral  POM, 1979, Farmokape Indonesia Edisi III,
                 Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
Ham, Mulyono, 2005, Kamus Kimia, Bumi Aksara : Bandung
Harjadi, W., 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia Pustaka
                 Utama: Jakarta                                               
Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia : Jakarta
Ibnu, M. Sadiq. 2004. Kimia Analitik I. JICA ; Malang
Khopkar, S.M. 2001. Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia ; Jakarta.
Underwood, A.L., 1992, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar